Trubus.id -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) belum bisa memastikan pengaruh antara gempa di Donggala, Sulawesi Tengah dengan gempa di Lombok, Nusa tenggara Barat (NTB). Pembuktian pengaruh antara sesar Palu- Porong dengan sesar sesar Flores atau patahan Flores maupun sesar lainnya yang ada di bagian selatan perlu dilakukan kajian dan penelitian.
"Itu sesuatu yang luar biasa yang harus kita buktikan dengan penelitian. Saya belum bisa jawab, dan saya belum bisa bilang apa-apa. Karena belum ada penelitian ke sana di mana dalam setiap penelitian selalu ada hal baru, temuan, kemungkinan," jelas Peneliti Gempa LIPI, Mudrik Rahmayan Daryono di Gedung LIPI, Jakarta, Selasa (2/10)
Baca Lainnya: Respon Gempa Donggala, Kemenpar Aktifkan Tim Pusat Krisis Pariwisata
Ia menjelaskan mempelajari suatu sesar aktif tidak bisa bisa dilihat hanya dari dilihat dari satu segmen dan menyamakan dengan karakteristik sesar-sesar lainnya yang memungkinkan menghasilkan gempa bumi. Secara prinsip ketika gempa, maka hampir selalu terjadi perbedaan pola pelepasan energi. Tidak melulu harus bisa disimpulkan apakah kemudian energi tektonik stres akan berpindah ke daerah sekitar yang terdekat ketika di suatu segmen tidak bisa menahan dan melepaskan energi.
"Kecuali satu tempat yakni sesar Sumatera yakni segmen Sianok-Sumani, di Sumatera Barat yang mengelilingi Bukitinggi, Solok, Singkarak. Di sana gempa bumi selalu 'doublet.' Sisi selatan gempa, sisi utara gempa juga. Bergantian karakteristiknya. Itu pun masih belum 100 persen yakin juga. Di Sulawesi kita belum bisa banyak bicara," urainya.
Baca Lainnya: Usai Gempa, Hari Ini TNI Pantau Donggala Melalui Udara
Ia menambahkan kekuatan gempa di Indonesia Timur lebih besar daripada di Indonesia bagian barat. Tetapi mengenai risikonya lebih besar di Indonesia barat karena pembangunan di Indonesia timur yang tidak sepesat di Indonesia barat. Karena itu, Mudrik mengatakan pembangunan di Indonesia Timur harus memperhatikan besarnya potensi bencana gempa bumi di sana.
"Tidak ada satu pun teknologi yang bisa memprediksi gempa, terlebih memprediksi intervalnya. Jangan membuat asumsi seperti seorang tidak berpendidikan. Sesar Palu – Koro kemungkinan besar 30% di darat dan sisanya di laut. Apakah bisa disamakan dengan pusat gempa Tsunami Aceh (waktu lalu) yang episentrumnya berada di Samudera Hindia. Sama sama membuat Tsunami dan Gempa besar," tambahnya [KW/SN].
Editor : Karmin Winarta
Berita Terkait